Kemiringan lereng (slope) adalah kenampakan permukan alam yang disebabkan oleh adanya perbedaan ketinggian antar dua tempat. Kemiringan lereng menunjukkan besarnya sudut yang terbentuk dari perbedaan ketinggian sebuah bentang alam, yang biasanya disajikan dalam satuan persentase atau derajat. Untuk daerah yang relatif datar (flat) biasanya memiliki nilai kemiringan lereng yang kecil, sedangkan untuk daerah yang berupa dataran tinggi terjal memiliki nilai kemiringan lereng yang tinggi.
Kemiringan lereng terjadi karena adanya perubahan permukaan bumi di berbagai tempat yang disebabkan oleh daya-daya eksogen dan gaya-gaya endogen yang terjadi sehingga mengakibatkan perbedaan letak ketinggian titik-titik di atas permukaan bumi. Kemiringan lereng merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya erosi yang dipengaruhi oleh runoff. Semakin curam sebuah lereng maka semakin besar pula laju dan jumlah aliran permukaan yang terjadi sehingga mengakibatkan kemungkinan erosi yang besar bahkan dapat memicu terjadinya tanah longsor (land slide).
Peta kemiringan lereng merupakan peta yang digunakan untuk melihat tingkat kemiringan tanah secara garis besar. Peta kemiringan lereng digunakan untuk mengidentifikasikan lokasi-lokasi yang dinilai rawan terhadap terjadinya bencana tanah longsor.
Para mahasiswa dari KKN-PPM UGM Periode 2 Tahun 2022 telah ikut serta memberikan kontribusinya kepada masyarakat dengan melakukan pembuatan Peta Kemiringan Lereng Desa Sobokerto. Adanya peta kemiringan lereng ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat Desa Sobokerto mengenai titik-titik lokasi yang memiliki kemiringan curam sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya kelongsoran di sekitar rumah mereka.
Dengan menggunakan software ArcGIS 10.4, pembuatan peta kemiringan lereng tersebut mengacu kepada beberapa sumber dan pedoman antara lain, Data DEMNAS Wilayah Kabupaten Boyolali (tanahair.indonesia.go.id), Peta Rupa Bumi Indonesia Kabupaten Boyolali, Batas Desa Maret 2020, Batas Kabupaten Kota dan Provinsi Desember 2019 DUKCAPIL, serta Klasifikasi Kemiringan Lereng berdasarkan Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah tahun 1986.
Kemiringan Desa Sobokerto didominasi oleh kemiringan 0-8% atau wilayah dengan kategori Datar. Meskipun begitu, wilayah di sepanjang pinggir Waduk Cengklik memiliki kemiringan yang cukup beragam yakni mulai dari kemiringan 15% (Agak Curam), kemiringan 25% (Curam), hingga kemiringan >45% (Sangat Curam). Selain itu, kemiringan >45% (Sangat Curam) juga ditemukan di berbagai dukuh di wilayah utara seperti Jatisari, Jatirejo, Bengkah, dan Wates.
Mengantisipasi Bencana Tanah Longsor
Bencana tanah longsor terjadi karena adanya ketidakstabilan tanah atau batuan suatu lereng. Tanah yang labil dan tidak memiliki pohon sebagai tumpuan alami dapat mengalami pergeseran sehingga menyebabkan tanah longsor. Adapun cara untuk mengantisipasi terjadinya kelongsoran dapat dilakukan dengan berbagai hal berikut.
Masyarakat perlu mengetahui bagaimana bahaya dan resiko membangun rumah persis di bawah lereng atau tebing.
Bangunan di atas bukit dapat memicu terjadinya longsor karena ada penekanan tanah yang dilakukan oleh bangunan tersebut.
Pohon memiliki akar yang dapat menyerap air dan menyimpannya ke dalam akar. Menebang pohon akan merusak struktur tanah yang dapat memicu kelongsoran.
Persawahan minim akan adanya pepohonan besar dan tanah persawahan bertekstur gembur sehingga mengakibatkan tanah mudah bergerak
Dinding penahan tanah dibangun untuk menahan geseran tanah yang permukaannya tidak rata, supaya tidak menyebabkan longsornya tanah dari permukaan yang lebih tinggi ke permukaan yang lebih rendah.